Kebudayaan Dan Kesenian Jawa Tengah
Sunday, 9 October 2016
2
comments
Selamat Datang !
Indonesia merupakan Negara yang mempunyai berbagai macam suku bangsa dan adat istiadat yang berbeda dan berbagai macam budaya. Kali ini saya akan menjeleskan tentang kebudayaan dan kesenian di daerah jawa tengah.
Jawa Tengah adalah sebuah provinsi
Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Jawa. Provinsi ini berbatasan \dengan Provinsi Jawa Barat di
sebelah barat, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Jawa Timur di sebelah
timur, dan Laut Jawa di sebelah utara. Luas wilayah nya 32.548 km², atau
sekitar 25,04% dari luas pulau Jawa. Provinsi Jawa Tengah juga meliputi Pulau
Nusakambangan di sebelah selatan (dekat dengan perbatasan Jawa Barat), serta
Kepulauan Karimun Jawa di Laut Jawa. Jawa Tengah secara geografis dan budaya
kadang juga mencakup wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Jawa Tengah dikenal
sebagai "jantung" budaya Jawa. Meskipun demikian di provinsi ini ada
pula suku bangsa lain yang memiliki budaya yang berbeda dengan suku Jawa
seperti suku Sunda di daerah perbatasan dengan Jawa Barat. Selain ada pula
warga Tionghoa-Indonesia, Arab-Indonesia dan India-Indonesia yang tersebar di
seluruh provinsi ini.
Gubernur
Jawa Tengah saat ini adalah Ganjar Pranowo.Struktur Pemerintahan
Daerah Jawa Tengah terdiri atas Sekretariat Daerah (yang meliputi 3
asisten dan membawahi 9 biro), 19 dinas, 6 kantor, 15 badan, serta 7 badan rumah sakit daerah.
Suku
Mayoritas penduduk Jawa Tengah
adalah Suku Jawa. Jawa Tengah dikenal sebagai pusat budaya Jawa, di mana di
kota Surakarta dan Yogyakarta terdapat pusat istana kerajaan Jawa yang masih
berdiri hingga kini. Suku minoritas yang cukup signifikan adalah Tionghoa,
terutama di kawasan perkotaan meskipun di daerah pedesaan juga ditemukan. Pada
umumnya mereka bergerak di bidang perdagangan dan jasa. Komunitas Tionghoa
sudah berbaur dengan Suku Jawa, dan banyak di antara mereka yang menggunakan
Bahasa Jawa dengan logat yang kental sehari-harinya. Selain itu di beberapa
kota-kota besar di Jawa Tengah ditemukan pula komunitas Arab-Indonesia. Mirip
dengan komunitas Tionghoa, mereka biasanya bergerak di bidang perdagangan dan
jasa. Di daerah perbatasan dengan Jawa Barat terdapat pula orang Sunda yang
sarat akan budaya Sunda, terutama di wilayah Cilacap, Brebes, dan Banyumas. Di
pedalaman Blora (perbatasan dengan provinsi Jawa Timur) terdapat komunitas
Samin yang terisolir, yang kasusnya hampir sama dengan orang Kanekes di Banten.
Bahasa
Meskipun Bahasa Indonesia adalah
bahasa resmi, umumnya sebagian besar menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa
sehari-hari. Bahasa Jawa Dialek Solo-Jogja dianggap sebagai Bahasa Jawa
Standar. Di samping itu terdapat sejumlah dialek Bahasa Jawa; namun secara umum
terdiri dari dua, yakni kulonan dan timuran. Kulonan dituturkan di bagian barat
Jawa Tengah, terdiri atas Dialek Banyumasan dan Dialek Tegal; dialek ini
memiliki pengucapan yang cukup berbeda dengan Bahasa Jawa Standar. Sedang
Timuran dituturkan di bagian timur Jawa Tengah, di antaranya terdiri atas
Dialek Solo, Dialek Semarang. Di antara perbatasan kedua dialek tersebut,
dituturkan Bahasa Jawa dengan campuran kedua dialek; daerah tersebut di
antaranya adalah Pekalongan dan Kedu. Di wilayah-wilayah berpopulasi Sunda,
yaitu di Kabupaten Brebes bagian selatan, dan kabupaten Cilacap utara sekitar
kecamatan Dayeuhluhur, orang Sunda masih menggunakan bahasa Sunda dalam
kehidupan sehari-harinya.
Berbagai macam dialek yang terdapat
di Jawa Tengah:
1. dialek Pekalongan
2. dialek Kedu
3. dialek Bagelen
4. dialek Semarang
5. dialek Pantai Utara Timur (Jepara,
Rembang, Demak, Kudus, Pati)
6. dialek Blora
7. dialek Surakarta
8. dialek Yogyakarta
9. dialek Madiun
10. dialek Banyumasan (Ngapak)
11. dialek Tegal-Brebes
Agama
Sebagian besar penduduk Jawa Tengah
beragama Islam dan mayoritas tetap mempertahankan tradisi Kejawen yang dikenal
dengan istilah abangan. Agama lain yang dianut adalah Protestan, Katolik, Hindu
, Budha, Kong Hu Cu, dan puluhan aliran kepercayaan. Penduduk Jawa Tengah
dikenal dengan sikap tolerannya. Sebagai contoh di daerah Muntilan, kabupaten
Magelang banyak dijumpai penganut agama Katolik, dan dulunya daerah ini
merupakan salah satu pusat pengembangan agama Katolik di Jawa. Provinsi Jawa
Tengah merupakan provinsi dengan populasi Kristen terbesar di Indonesia.
Berikut beberapa kesenian dan
kebudayaan di jawa tengah :
GAMELAN JAWA
Gamelan Jawa merupakan Budaya Hindu
yang digubah oleh Sunan Bonang, guna mendorong kecintaan pada kehidupan
Transedental (Alam Malakut)”Tombo Ati” adalah salah satu karya Sunan Bonang.
Sampai saat ini tembang tersebut masih dinyanyikan dengan nilai ajaran Islam,
juga pada pentas-pentas seperti: Pewayangan, hajat Pernikahan dan acara ritual
budaya Keraton.
WAYANG KULIT
Kesenian wayang dalam bentuknya
yang asli timbul sebelum kebudayaan Hindu masuk di Indonesia dan mulai
berkembang pada jaman Hindu Jawa. Pertunjukan Kesenian wayang adalah merupakan
sisa-sisa upacara keagamaan orang Jawa yaitu sisa-sisa dari kepercayaan
animisme dan dynamisme. Menurut Kitab Centini, tentang asal-usul wayang Purwa
disebutkan bahwa kesenian wayang, mula-mula sekali diciptakan oleh Raja
Jayabaya dari Kerajaan Mamenang / Kediri. Sekitar abad ke-10 Raja Jayabaya
berusaha menciptakan gambaran dari roh leluhurnya dan digoreskan di atas daun
lontar. Bentuk gambaran wayang tersebut ditiru dari gambaran relief cerita
Ramayana pada Candi Penataran di Blitar. Cerita Ramayana sangat menarik
perhatiannya karena Jayabaya termasuk penyembah Dewa Wisnu yang setia, bahkan
oleh masyarakat dianggap sebagai penjelmaan atau titisan Batara Wisnu. Figur
tokoh yang digambarkan untuk pertama kali adalah Batara Guru atau Sang Hyang
Jagadnata yaitu perwujudan dari Dewa Wisnu.
KERIS JAWA
Keris dikalangan masyarakat di jawa
dilambangkan sebagai symbol “ Kejantanan “ dan terkadang apabila karena suatu
sebab pengantin prianya berhalangan hadir dalam upacara temu pengantin, maka ia
diwakili sebilah keris. Keris merupakan lambang pusaka. Di kalender masyarakat
jawa mengirabkan pusaka unggulan keraton merupakan kepercayaan terbesar pada
hari satu sura. Keris pusaka atau tombak pusaka merupakan unggulan itu
keampuhannya bukan saja karena dibuat dari unsure besi baja, besi, nikel,
bahkan dicampur dengan unsure batu meteorid yang jatuh dari angkasa sehingga
kokoh kuat, tetapi cara pembuatannya disertai dengan iringan doa kepada sang
maha pencipta alam ( Allah SWT ) dengan duatu apaya spiritual oleh sang empu.
Sehingga kekuatan spiritual sang maha pencipta alam itu pun dipercayai orang
sebagai kekuatan magis atau mengandung tuah sehingga dapat mempengaruhi pihak
lawan menjadi ketakutan kepada pemakai senjata pusaka itu.
UKIRAN ASLI JEPARA
Para pengukir jepara pandai
menyesuaikan diri dengan gaya ukiran baru. Mereka tidak hanya membuat gaya
ukiran khas Jepara saja tapi ukiran lainnya yang tak kalah menarik. Meskipun
ukiran Jepara beragam, sebaiknya kita tidak melupakan gaya ukiran khas Jepara.
Biasanya disebut ornamen Jepara. Meskipun tak ada sebutan khusus, tapi ia dapat
dikenali dari ciri khasnya. Ukiran Jepara mengambil bentuk dedaunan. Ada yang
mengatakan itu adalah daun tanaman wuni. Wuni adalah jenis rerumputan liat yang
banyak tumbuh di Jepara. Tanaman itu memiliki buah kecil-kecil yang digemari
burung. Bentuk tanaman wuni itu diolah seniman ukir menjadi bentuk desain
ukiran yang indah. Ciri khas ukiran itu, daunnya digambarkan
melengkung-lengkung luwes. Seolah ada iramanya. Ujung daunnya runcing.
Buah-buah kecil diukir menggerombol. Kadang, ditambahkan ukiranburung yang
hendak mematuk buah itu. Ukiran gaya Jepara ini dulu banyak diukirkan pada
peti-peti kayu. Meja kursi juga ada. Tapi, sekarang jarang diukirkan pada
meubel lagi.
BOGANA ASLI TEGAL
Di Jawa, Nasi Bogana biasanya
disajikan pada saat acara-acara tertentu, seperti pesta perkawinan atau
peringatan-peringatan lainnya. Tapi, umumnya makanan ini sering juga disajikan
saat acara kumpul keluarga atau acara-acara arisan. Dalam acara pesta
perkawinan, Nasi Bogana disajikan secara terpisah.
KIRAB SERIBU APEM
Kirab apem sewu adalah acara ritual
syukuran masyarakat Kampung Sewu, Solo, Jawa Tengah yang digelar setiap bulan
haji (bulan Zulhijah-kalender penanggalan Islam).
Ritual syukuran itu diadakan untuk
mengenalkan Kampung Sewu sebagai sentra produksi apem kepada seluruh masyarakat
sekaligus menghargai para pembuat apem yang ada di sana. Selain itu, upacara
ritual syukuran ini pun dibuat sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan karena
desa dan tempat tinggal mereka terhindar dari bencana. Mengapa begitu? Menurut
Ketua Pelaksana Kirab Apem Sewu, Pak Hadi Sutrisno, letak Kampung Sewu Solo ini
adanya di pinggir Sungai Bengawan Solo, termasuk daerah rawan banjir. Makanya,
masyarakat mensyukurinya. Tradisi apam sewu berawal dari amanah yang
disampaikan Ki Ageng Gribig kepada seluruh warga untuk membuat 1.000 kue apam
dan membagikannya kepada masyarakat sebagai wujud rasa syukur. Sejalan dengan
berkembangnya zaman, maka ritual kirab apem sewu ini diawali dengan kirab
budaya warga Solo yang memakai pakaian adat Solo, seperti kebaya, tokoh
punakawan, dan kostum pasukan keraton. Anak-anak sekolah juga menjadi peserta
kirab dengan menampilkan marching band SD, atraksi Liong (naga), serta aneka
pertunjukan tarian tradisional dan teater. 1.000 kue apem yang sudah disusun
menjadi gunungan itu diarak dari lapangan Kampung Sewu menuju area sekitar
kampung sepanjang dua kilometer. Acara kirab berlangsung selama satu hari, yang
dimulai dengan prosesi penyerahan bahan makanan (uba rampe) pembuat kue apam
dari tokoh masyarakat Solo kepada sesepuh Kampung Sewu di Lapangan Kampung
Sewu, Solo.
BATIK
Kesenian batik adalah kesenian
gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga
kerajaan di masa lampau, khususnya di Kerajaan Mataram kemudian Kerajaan
Keraton Solo dan Yogyakarta.
Awalnya batik dikerjaan terbatas
dalam keraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja, keluarganya, serta para
pengikutnya. Oleh karena banyaknya pengikut raja yang tinggal di luar keraton,
maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar keraton untuk dikerjakan di
tempat masing-masing. Seiring berjalannya waktu, kesenian batik ini ditiru oleh
rakyat setempat dan kemudian menjadi pekerjaan kaum wanita di dalam rumahnya
untuk mengisi waktu senggang. Selain itu, batik yang awalnya hanya untuk
keluarga keraton, akhirnya menjadi pakaian rakyat yang digemari pria dan
wanita.
Dahulu, bahan kain putih yang
dipergunakan untuk membatik adalah hasil tenunan sendiri. Sementara bahan
pewarnanya diambil dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia. Beberapa bahan pewarna
tersebut antara lain pohon mengkudu, soga, dan nila. Bahan sodanya dibuat dari
soda abu dan garamnya dari tanah lumpur. Sentra kerajinan batik tersebar di
daerah Pekalongan, Kota Surakarta, dan Kab. Sragen.
Jawa tengah mempunyai beberapa
macam tarian tradisional antara lain :
1. Tari Klasik
-Tari Bedhaya:
Budaya Islam ikut mempengaruhi
bentuk-bentuk tari yang berangkat pada jaman Majapahit. Seperti tari Bedhaya 7
penari berubah menjadi 9 penari disesuaikan dengan jumlah Wali Sanga. Ide Sunan
Kalijaga tentang Bedhaya dengan 9 penari ini akhirnya sampai pada Mataram
Islam, tepatnya sejak perjanjian Giyanti pada tahun 1755 oleh Pangeran Purbaya,
Tumenggung Alap-alap dan Ki Panjang Mas, maka disusunlah Bedhaya dengan penari
berjumlah 9 orang. Hal ini kemudian dibawa ke Kraton Kasunanan Surakarta. Oleh
Sunan Pakubuwono I dinamakan Bedhaya Ketawang, termasuk jenis Bedhaya Suci dan
Sakral, dengan nama peranan sebagai berikut:
a. Endhel Pojok
b. Batak
c. Gulu
d. Dhada
e. Buncit
f. Endhel Apit Ngajeng
g. Endhel Apit Wuri
h. Endhel Weton Ngajeng
i. Endhel Weton Wuri
Berbagai jenis tari Bedhaya yang
belum mengalami perubahan:
- Bedhaya Ketawang lama tarian 130
menit
- Bedhaya Pangkur lama tarian 60
menit
- Bedhaya Duradasih lama tarian 60
menit
- Bedhaya Mangunkarya lama tarian
60 menit
- Bedhaya Sinom lama tarian 60
menit
- Bedhaya Endhol-endhol lama tarian
60 menit
- Bedhaya Gandrungmanis lama tarian
60 menit
- Bedhaya Kabor lama tarian 60
menit
- Bedhaya Tejanata lama tarian 60
menit
Pada umumnya berbagai jenis Bedhaya
tersebut berfungsi menjamu tamu raja dan menghormat serta menyambut Nyi Roro
Kidul, khususnya Bedhaya Ketawang yang jarang disajikan di luar Kraton, juga
sering disajikan pada upacara keperluan jahat di lingkungan Istana. Di samping
itu ada juga Bedhaya-bedhaya yang mempunyai tema kepahlawanan dan bersifat
monumental.
Melihat lamanya penyajian tari
Bedhaya (juga Srimpi) maka untuk konsumsi masa kini perlu adanya inovasi secara
matang, dengan tidak mengurangi ciri dan bobotnya.
Contoh Bedhaya garapan baru:
- Bedhaya La la lama tarian 15
menit
- Bedhaya To lu lama tarian 12
menit
- Bedhaya Alok lama tarian 15 menit
- Tari Srimpi:
Tari Srimpi yang ada sejak Prabu
Amiluhur ketika masuk ke Kraton mendapat perhatian pula. Tarian yang ditarikan
4 putri itu masing-masing mendapat sebutan : air, api, angin dan bumi/tanah,
yang selain melambangkan terjadinya manusia juga melambangkan empat penjuru
mata angin. Sedang nama peranannya Batak, Gulu, Dhada dan Buncit. Komposisinya
segi empat yang melambangkan tiang Pendopo. Seperti Bedhaya, tari Srimpipun ada
yang suci atau sakral yaitu Srimpi Anglir Mendhung. Juga karena lamanya
penyajian (60 menit) maka untuk konsumsi masa kini diadakan inovasi. Contoh
Srimpi hasil garapan baru:
- Srimpi Anglirmendhung menjadi 11
menit
- Srimpi Gondokusumo menjadi 15
menit
Beberapa contoh tari klasik yang
tumbuh dari Bedhaya dan Srimpi:
a. Beksan Gambyong: berasal dari
tari Glondrong yang ditarikan oleh Nyi Mas Ajeng Gambyong. Menarinya sangat
indah ditambah kecantikan dan modal suaranya yang baik, akhirnya Nyi Mas itu
dipanggil oleh Bangsawan Kasunanan Surakarta untuk menari di Istana sambil
memberi pelajaran kepada para putra/I Raja. Oleh Istana tari itu diubah menjadi
tari Gambyong.
Selain sebagai hiburan, tari ini
sering juga ditarikan untuk menyambut tamu dalam upacara peringatan hari besar
dan perkawinan. Adapun ciri-ciri Tari ini:
- Jumlah penari seorang putri atau
lebih
- Memakai jarit wiron
- Tanpa baju melainkan memakai
kemben atau bangkin
- Tanpa jamang melainkan memakai
sanggul/gelung
- Dalam menari boleh dengan
sindenan (menyanyi) atau tidak.
b. Beksan Wireng: berasal dari kata
Wira (perwira) dan 'Aeng' yaitu prajurit yang unggul, yang 'aeng', yang 'linuwih'.
Tari ini diciptakan pada jaman pemerintahan Prabu Amiluhur dengan tujuan agar
para putra beliau tangkas dalam olah keprajuritan dengan menggunakan alat
senjata perang. Sehingga tari ini menggambarkan ketangkasan dalam latihan
perang dengan menggunakan alat perang. Ciri-ciri tarian ini:
- Ditarikan oleh dua orang putra/i
- Bentuk tariannya sama
- Tidak mengambil suatu cerita
- Tidak menggunakan ontowacono
(dialog)
- Bentuk pakaiannya sama
- Perangnya tanding, artinya tidak
menggunakan gending sampak/srepeg, hanya iramanya/temponya kendho/kenceng
- Gending satu atau dua, artinya
gendhing ladrang kemudian diteruskan gendhing ketawang
- Tidak ada yang kalah/menang atau
mati.
c. Tari Pethilan: hampir sama
dengan Tari Wireng. Bedanya Tari Pethilan mengambil adegan/ bagian dari
ceritera pewayangan.
Ciri-cirinya:
- Tari boleh sama, boleh tidak
- Menggunakan ontowacono (dialog)
- Pakaian tidak sama, kecuali pada
lakon kembar
- Ada yang kalah/menang atau mati
- Perang mengguanakan gendhing
srepeg, sampak, gangsaran
- Memetik dari suatu cerita lakon.
Contoh dari Pethilan :
- Bambangan Cakil
- Hanila
- Prahasta, dll.
d. Tari Golek: Tari ini berasal
dari Yogyakarta. Pertama dipentaskan di Surakarta pada upacara perkawinan KGPH.
Kusumoyudho dengan Gusti Ratu Angger tahun 1910. Selanjutnya mengalami
persesuaian dengan gaya Surakarta. Tari ini menggambarkan cara-cara berhias
diri seorang gadis yang baru menginjak masa akhil baliq, agar lebih cantik dan
menarik. Macam-macamnya:
- Golek Clunthang iringan Gendhing
Clunthang
- Golek Montro iringan Gendhing
Montro
- Golek Surungdayung iringan
Gendhing Ladrang Surungdayung, dll.
e. Tari Bondan : Tari ini dibagi
menjadi:
- Bondan Cindogo
- Bondan Mardisiwi
- Bondan Pegunungan/Tani.
Tari Bondan Cindogo dan Mardisiwi
merupakan tari gembira, mengungkapkan rasa kasih sayang kepada putranya yang
baru lahir. Tapi Bondan Cindogo satu-satunya anak yang ditimang-timang akhirnya
meninggal dunia. Sedang pada Bondan Mardisiwi tidak, serta perlengakapan
tarinya sering tanpa menggunakan kendhi seperti pada Bondan Cindogo. Ciri
pakaiannya:
- Memakai kain Wiron
- Memakai Jamang
- Memakai baju kotang
- Menggendong boneka, memanggul
payung
- Membawa kendhi (dahulu), sekarang
jarang.
Untuk gendhing iringannya
Ayak-ayakan diteruskan Ladrang Ginonjing. Tapi sekarang ini menurut kemampuan
guru/pelatih tarinya. Sedangkan Bondan Pegunungan, melukiskan tingkah laku
putri asal pegunungan yang sedang asyik menggarap ladang, sawah, tegal
pertanian. Dulu hanya diiringi lagu-lagu dolanan tapi sekarang diiringi
gendhing-gendhing lengkap. Ciri pakaiannya:
- mengenakan pakaian seperti gadis
desa, menggendong tenggok, memakai caping
dan membawa alat pertanian.
- Di bagian dalam sudah mengenakan
pakaian seperti Bondan biasa, hanya tidak memakai jamang tetapi memakai
sanggul/gelungan. Kecuali jika memakai jamang maka klat bahu, sumping, sampur,
dll sebelum dipakai dimasukkan tenggok.
Bentuk tariannya ; pertama
melukiskan kehidupan petani kemudian pakaian bagian luar yang menggambarkan
gadis pegunungan dilepas satu demi satu dengan membelakangi penonton.
Selanjutnya menari seperti gerak tari Bondan Cindogo / Mardisiwi.
f. Tari Topeng :
Tari ini sebenarnya berasal dari
Wayang Wong atau drama. Tari Topeng yang pernah mengalami kejayaan pada jaman
Majapahit, topengnya dibuat dari kayu dipoles dan disungging sesuai dengan
perwatakan tokoh/perannya yang diambil dari Wayang Gedhog, Menak Panji. Tari
ini semakin pesat pertumbuhannya sejak Islam masuk terutama oleh Sunan Kalijaga
yang menggunakannya sebagai penyebaran agama. Beliau menciptakan 9 jenis
topeng, yaitu topeng Panji Ksatrian, Condrokirono, Gunung sari, Handoko, Raton,
Klono, Denowo, Benco(Tembem), Turas (Penthul). Pakaiannya dahulu memakai ikat
kepala dengan topeng yang diikat pada kepala.
2. Tari Tradisional
Selain tari-tari klasik, di Jawa
Tengah terdapat pula tari-tari tradisional yang tumbuh dan berkembang di daerah-daerah
tertentu. Kesenian tradisional tersebut tak kalah menariknya karena mempunyai
keunikan-keunikan tersendiri. Beberapa contoh kesenian tradisional:
a. Tari Dolalak, di Purworejo
Pertunjukan ini dilakukan oleh
beberapa orang penari yang berpakaian menyerupai pakaian prajurit Belanda atau
Perancis tempo dulu dan diiringi dengan alat-alat bunyi-bunyian terdiri dari
kentrung, rebana, kendang, kencer, dllnya. Menurut cerita, kesenian ini timbul
pada masa berkobarnya perang Aceh di jaman Belanda yang kemudian meluas ke
daerah lain.
b. Patolan (Prisenan), di Rembang
Sejenis olahraga gulat rakyat yang
dimainkan oleh dua orang pegulat dipimpin oleh dua orang Gelandang (wasit) dari
masing-masing pihak. Pertunjukan ini diadakan sebagai olah raga dan sekaligus
hiburan di waktu senggang pada sore dan malam hari terutama di kala terang
bulan purnama. Lokasinya berada di tempat-tempat yang berpasir di tepi pantai.
Seni gulat rakyat ini berkembang di kalangan pelajar terutama di pantai antara
kecamatan Pandagan, Kragan, Bulu sampai ke Tuban, Jawa Timur.
c. Blora.
Daerah ini terkenal dengan atraksi
kesenian Kuda Kepang, Barongan dan Wayang Krucil(sejenis wayang kulit terbuat
dari kayu).
d. Pekalongan
Di daerah Pekalongan terdapat
kesenian Kuntulan dan Sintren. Kuntulan adalah kesenian bela diri yang
dilukiskan dalam tarian dengan iringan bunyi-bunyian seperti bedug, terbang,
dllnya. Sedangkan Sintren adalah sebuah tari khas yang magis animistis yang
terdapat selain di Pekalongan juga di Batang dan Tegal. Kesenian ini
menampilkan seorang gadis yang menari dalam keadaan tidak sadarkan diri,
sebelum tarian dimulai gadis menari tersebut dengan tangan terikat dimasukkan
ke dalam tempat tertutup bersama peralatan bersolek, kemudian selang beberapa
lama ia telah selesai berdandan dan siap untuk menari. Atraksi ini dapat
disaksikan pada waktu malam bulan purnama setelah panen.
e. Obeg dan Begalan.
Kesenian ini berkembang di Cilacap.
Pemain Obeg ini terdiri dari beberapa orang wanita atau pria dengan menunggang
kuda yang terbuat dari anyaman bambu (kepang), serta diiringi dengan
bunyi-bunyian tertentu. Pertunjukan ini dipimpin oleh seorang pawang (dukun)
yang dapat membuat pemain dalam keadaan tidak sadar.
Begalan adalah salah satu acara
dalam rangkaian upacara perkawinan adat Banyumas. Kesenian ini hidup di daerah
Bangumas pada umumnya juga terdapat di Cilacap, Purbalingga maupun di daerah di
luar Kabupaten Banyumas. Yang bersifat khas Banyumas antara lain Calung,
Begalan dan Dalang Jemblung.
f. Calung dari Banyumas
Calung adalah suatu bentuk kesenian
rakyat dengan menggunakan bunyi- bunyian semacam gambang yang terbuat dari
bambu, lagu-lagu yang dibawakan merupakan gending Jawa khas Banyumas. Juga
dapat untuk mengiringi tarian yang diperagakan oleh beberapa penari wanita.
Sedangkan untuk Begalan biasanya diselenggarakan oleh keluarga yang baru
pertama kalinya mengawinkan anaknya. Yang mengadakan upacara ini adalah dari
pihak orang tua mempelai wanita.
g. Kuda Lumping (Jaran Kepang) dari
Temanggung
Kesenian ini diperagakan secara
massal, sering dipentaskan untuk menyambut tamu -tamu resmi atau biasanya
diadakan pada waktu upacara
h. Lengger dari Wonosobo
Kesenian khas Wonosobo ini
dimainkan oleh dua orang laki-laki yang masing-masing berperan sebagai seorang pria
dan seorang wanita. Diiringi dengan bunyi-bunyian yang antara lain berupa
Angklung bernada Jawa. Tarian ini mengisahkan ceritera Dewi Chandrakirana yang
sedang mencari suaminya yang pergi tanpa pamit. Dalam pencariannya itu ia
diganggu oleh raksasa yang digambarkan memakai topeng. Pada puncak tarian
penari mencapai keadaan tidak sadar.
i. Jatilan dari Magelang
Pertunjukan ini biasanya dimainkan
oleh delapan orang yang dipimpin oleh seorang pawang yang diiringi dengan
bunyi-bunyian berupa bende, kenong dll. Dan pada puncaknya pemain dapat
mencapai tak sadar.
j. Tarian Jlantur dari Boyolali
Sebuah tarian yang dimainkan oleh
40 orang pria dengan memakai ikat kepala gaya turki. Tariannya dilakukan dengan
menaiki kuda kepang dengan senjata tombak dan pedang. Tarian ini menggambarkan
prajurit yang akan berangkat ke medan perang, dahulu merupakan tarian penyalur
semangat kepahlawanan dari keturunan prajurit Diponegoro.
k. Ketek Ogleng dari Wonogiri
Kesenian yang diangkat dari
ceritera Panji, mengisahkan cinta kasih klasik pada jaman kerajaan Kediri.
Ceritera ini kemudian diubah menurut selera rakyat setempat menjadi kesenian
pertunjukan Ketek Ogleng yang mengisahkan percintaan antara Endang Roro Tompe
dengan Ketek Ogleng. Penampilannya dititik beratkan pada suguhan tarian
akrobatis gaya kera (Ketek Ogleng) yang dimainkan oleh seorang dengan
berpakaian kera seperti wayang orang. Tarian akrobatis ini di antara lain
dipertunjukan di atas seutas tali.
3. Tari Garapan Baru (Kreasi Baru)
Meskipun namanya 'baru' tetapi
semua tari yang termasuk jenis ini tidak meninggalkan unsur-unsur yang ada dari
jenis tari klasik maupun tradisional. Sebagai contoh:
a. Tari Prawiroguno
Tari ini menggambarkan seorang
prajurit yang sedang berlatih diri dengan perlengkapan senjata berupa pedang
untuk menyerang musuh dan juga tameng sebagai alat untuk melindungi diri.
b. Tari Tepak-Tepak Putri
Tari yang menggambarkan kelincahan
gerak remaja-remaja putri sedang bersuka ria memainkan rebana, dengan iringan
pujian atau syair yang bernafas Islam.
sumber:
http://fatawisata.com/wisata-budaya/seni-pertunjukan
http://id.wikipedia.org/wiki/
http://shuntoro.wordpress.com/seni-jawa-tengah/
2 comments:
Casino Online Terpercaya #B O L A V I T A ! - WM Casino
- SV388 Casino
- Sbobet Casino
- Play1628 Slot Casino
- GD88 Casino
Infomasi Lengkap Silakan Hubungi Customer Service Kami (Online 24jam)
WA : +62812-2222-995
BBM: B O L A V I T A
Yuk Ramaikan Ulang Tahun Bolavita yang Ke 6
Dapatkan Freechips Hingga IDR 2.000.000
Bolavita Bandar Taruhan Online Terlengkap Di Indonesia
Buruan Gabung Sekarang , Jangan Sampai Ketinggalan Ya
Mari Kunjungin Segera Website kami :
www(titik)bolavita(titik)vip
www(titik)sateayam(titik)club
www(titik)pokervita(titik)live
Info Lebih Lanjut Bisa Hub kami Di :
Live Chat Online 24 JAM NONSTOP !!!
WA : +628122222995
Pin BBM : BOLAVITA / D8C363CA (NEW)
Post a Comment